Kebetulan saya mengajar di Program Studi Manajemen Pendidikan UIN Jakarta. Sejak dibukanya Program Studi Manajemen Pendidikan, banyak permasalahan yang terjadi yang perlu dijadikan jalan keluar. Berbagai permasalahan ini perlu dituntaskan dengan segera agar tidak mengganggu proses perkuliahan yang sedang berjalan. Apalagi, dilihat dari minat calon mahasiswa, program studi ini mendapat minat yang cukup besar terbukti dari banyaknya pendaftar pada proram studi ini.
Permasalahan utama adalah status. Status program studi manajemen pendidikan ini sebenarnya telah diakui dengan ketetapan Departemen Agama RI. Permasalahan utama dalam konteks ini adalah lulusan program studi Manajemen Pendidikan belum mendapatkan tempat dan pengakuan, termasuk dari Departemen Agama sendiri. Hal ini terbukti dari berbagai formasi pegawai yang dibuka, lulusan program studi Manajemen Pendidikan sering tidak mempunyai “formasi lowongan”.
Untuk lowongan sebagai guru misalnya, seluruh mata pelajaran mensyaratkan pelajaran yang sesuai. Karena tidak ada mata pelajaran “manajemen”, maka lulusan Manajemen Pendidikan tidak mempunyai lowongan tempat. Sementara untuk pelajaran dalam rumpun sosial seperti PPKN ataupun IPS, sudah ada jurusan khusus yang menangani sehingga lulusan Prodi Manajemen Pendidikan tidak bisa mengajar di sana.
Permasalahan lain adalah adanya aturan perundangan yang mensyaratkan bahwa untuk menjadi Kepala Sekolah/Madrasah harus mempunyai pengalaman menjadi guru selama 5 tahun. Aturan ini membatasi lulusan program studi manajemen pendidikan untuk bisa menjabat pimpinan sekolah/madrasah secara struktural.
Dari sisi pasar atau organisasi pengguna, dalam hal ini sekolah atau madrasah, kesulitan juga terjadi karena beberapa hal:
- Tidak ada mata pelajaran “manajemen” di sekolah-sekolah umum atau madrasah-madrasah. Tidak adanya mata pelajaran ini menyulitkan lulusan Program Studi Manajemen Pendidikan untuk mengajar. Sementara jika ingin mengajar rumpun mata pelajaran sosial seperti IPS ataupun PPKN, sudah ada jurusan IPS dan PPKN yang siap mengajar pada mata pelajaran tersebut.
- Masih sedikit sekolah/madrasah yang mempunyai struktur manajemen yang lengkap. Dengan demikian, pasar tenaga kerja di sektor pendidikan masih sedikit yang bisa menyerap lulusan Program Studi Manajemen Pendidikan. Hanya sekolah-sekolah dengan manajemen modern yang telah membagi struktur organisasi sekolah secara lebih detail. Ditambah lagi, manajemen sekolah lebih memilih para personel yang berpengalaman dibandingkan menampung lulusan baru dari perguruan tinggi.
Dengan berbagai permasalahan di atas menyebabkan pengembangan kurikulum pada program studi Manajemen Pendidikan terbagi menjadi dua orientasi; pertama; menjadikan lulusan program sebagai guru bidang studi “manajemen” dengan berbagai turunannya, atau kedua; menjadikan mereka sebagai calon administrator dan manajer di lembaga pendidikan.
Dua orientasi ini memiliki karakter dan pengembangan kurikulum yang berbeda. Orientasi pertama adalah menjadikan lulusan Manajemen Pendidikan sebagai guru. Pengembangan kurikulum tentu saja diarahkan pada bagaimana membekali mahasiswa dengan seperangkat pengetahuan dan keterampilan sebagai guru.
Sementara orientasi kedua adalah mengarahkan mahasiswa untuk menjadi ahli manajemen bidang pendidikan. Banyak posisi sebenarnya yang bisa diarahkan, mulai menjadi tenaga manajemen/administrator bidang keuangan, perpustakaan, laboratorium, sumber daya manusia, pemasaran, dan berbagai bidang lain yang sejenis.
Dengan dua kurikulum yang berbeda semacam ini, perlu adanya keputusan yang lebih tegas ke arah mana Program Studi Manajemen Pendidikan ini akan dikembangkan. Hal ini diperlukan agar memberi kepastian bagi stakeholder yang terkait mulai dari Pemerintah, Dosen, Manajemen Fakultas dan Jurusan, Pihak Sekolah/Madrasah, dan masyarakat umum untuk menempatkan lulusan program ini di posisi mana.
Secara personal, saya lebih menginginkan lulusan Manajemen Pendidikan diarahkan kepada:
1. Ahli manajemen untuk lembaga pendidikan, bisa di bidang SDM, Keuangan, Pemasaran, Laboratorium, Perpustakaan, Akademik, dan berbagai posisi manajemen lain di sekolah/madrasah.
2. Wirausahawan bidang pendidikan, dalam hal ini mendirikan kursus, lembaga pendidikan, ataupun menjadi konsultan bidang pendidikan. Kalau di arahkan ke sini, mesti mengubah sebagian besar kurikulum dan proses belajar mengajarnya.
Dengan konsentrasi pada dua bidang ini, program-program pendidikan dan perkuliahan akan lebih terfokus sehingga memudahkan stakeholder dalam memposisikan lulusan MP.
hmm nothing spesial dgn pendapat ini, krn anda seorang MM not M.Pd..
1 contoh saja, d prodi MP ada mata kuliah minor yg memang d arahkan agar siap walaupun tidak matang utk bs mengisi formasi2 bidang study lainnya.
thanks n maaf
Terima kasih komentarnya. Salah satu permasalahan yang rumit untuk lulsan MP, saat ingin menjadi guru adalah tidak jelas mereka diberi keterampilan untuk mengajar pelajaran apa secara lebih mendalam. Di sisi lain, setiap mata pelajaran sudah ada sendiri jurusannya di dalam perkuliahan. Menurut saya tidak bisa kita diarahkan secara umum untuk mengajar banyak bidang studi, karena setiap bidang studi memiliki pendekatan dan metodologi pengajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain..